SILAKAN DUDUK MANIS

SILAKAN DUDUK MANIS

Sabtu, 18 Desember 2010

berpikir dan berjiwa besar

Berpikir Besar dan Berjiwa Besar...
mirip dengan judul sebuah buku, yang sampai sekarang aku belum selesai membacanya, meskipun sudah 2 tahun lamanya aku memiliki buku itu. tapi intisari dari bukunya udah mudeng seh. tapi gak ada hubungannya langsung sama buku itu, ini tulisan versiku sendiri

Berpikir besar mungki lebih mengarah bagaimana kita harus selalu berpikir positif, berpikir menang, dan berpikir mengatasi segala kesulitan di hadapan kita.

lalu bagaimana dengan berjiwa besar? sebear apakah yang diperlukan?
mungkin berjiwa besar yang pertama adalah menyadari bahwa diri kita sendiri adalah orang yang tidak sempurna, banyak kekurangan, dan sepatutnya kita tidak sombong dan mau 
menerima kritik.
Beberapa kali ketika menjadi pembicara dalam sebuah Latihan Dasar Leadership di kemahasiswaan dulu, aku selalu meminta kritik dari para peserta. sebagai koreksi diri apa yang kurang dariku. tidak mudah memang ketika kita kadang harus mengetahui bahwa kita tidak berkenan pada orang lain, apalagi ketika itu disampaikan di depan banyak orang, dalam sebuah forum atau rapat misal. Perlu kebesaran jiwa untuk menerima dan belajar dari kritikan itu.

Berjiwa Besar yang selanjutnya adalah Berani 
meminta maaf kepada orang lain ketika kita menyadari kesalahan yang kita perbuat. memang berat kadang, ketika harus meminta maafkepada orang lain. terlebih jika harus minta maaf di depan banyak orang. apalagi kalau kesalahan kita belum tentu dimaafkan.
pernah sebuah pengalaman pribadi pernah aku, diajak ngomong empat mata sama seseorang, karena dia secara gentle bilang gak suka aku yang telah begini dan begitu. wajahku merah padam saat itu, tapi aku menyadari itu murni kesalahanku yang berdampak pada dirugikannya orang tersebut. aku meminta maaf, dan butuh waktu yang cukup lama untuk mengembalikan suasana diantara kami menjadi nyaman kembali seperti sedia kala. ya memang sulit membangun sebuah kepercayaan.

Pada kesempatan lain, di sebuah acara workshop bertaraf nasional, dimana aku waktu itu menjadi ketua panitia penyelanggara Workshop Perakitan PC dan Instalasi Linux, aku juga harus meminta maaf di depan banyak orang (peserta workshop) karena faktor force majure, yang dikarenakan pihak di luar panitia, listrik beberapa kali mati sehingga schedule molor dan mengganggu schedule berikutnya, bahkan peserta menunggu sampai dalam hitungan jam.
masih teringat di benakku, mungkin mukaku seperti kambing congek waktu itu... dan dalam kuesioner yang dibagikan setiap session, session tersebut yang paling banyak memberikan kritik kepada kami. but it's ok... karena total hasil akhirnya masih dalam level memuaskan.

selain meminta maaf, 
Memaafkan juga memerlukan kebesaran jiwa.
memberikan maaf di mulut memangmudah, namun maaf di hati itu jauh lebih sulit. karena pada dasarnya manusia memang protektif terhadap "sakit hati" sehingga terkadang begitu berat diri kita memaafkan orang lain.

Berjiwa besar yang lain adalah 
menerima dan mengakui kekalahan.
menang adalah sebuah kebanggaan manusia pada umumnya, dalam setiap persaingan, entah akademis, bisnis, karir, atau kompetisi (dalam arti luas) apapun, maupun obsesi pribadi. apalagi jika kemenangan yang kita harapkan adalah keinginan kita yang amat sangat diharapkan. kekalahan, kekecewaan pasti akan muncul ketika kemenangan tidak memihak diri kita. Mengakui kegagalan dan mengakui kemenangan bahkan memberikan selamat kepada pihak yang menang tentu membutuhkan keberanian dan kebesaran jiwa. dan kadang memang membutuhkan kekuatan untuk berusaha tegar.

apapun itu.. belajar memiliki jiwa yang besar adalah perlu. untuk memantapkan kualitas kebahagiaan hidup kita.


"jadilah manusia yang berjiwa besar, dan senantiasa belajar dari kehidupan. jangan mudah puas dan sombong, serta jangan takut untuk berjuang"